Ketegangan Memuncak: AS Serang Kapal Kedua Venezuela, 3 Orang Tewas, Maduro Sebut Agresi
Inews Pelaihari- Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Venezuela kembali memanas. Pasukan militer AS melakukan serangan terhadap kapal kedua milik Venezuela yang dituduh mengangkut narkotika ke Amerika. Insiden ini menewaskan sedikitnya tiga orang dan semakin memperburuk hubungan diplomatik kedua negara.
Serangan Diumumkan Langsung oleh Donald Trump
Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan serangan ini melalui unggahan di platform media sosial X pada Senin (15/09/2025). Dalam pernyataannya, Trump menggunakan nada tegas dan emosional.
“Serangan itu terjadi ketika para ‘narkoteror’ dari Venezuela berada di perairan internasional, membawa narkotika ilegal – SENJATA MEMATIKAN YANG MERACUNI WARGA AMERIKA – menuju AS,” tulis Trump.
Trump menegaskan bahwa pasukan AS tidak mengalami korban luka, namun memperingatkan bahwa operasi militer akan terus berlanjut.
“BERHATI-HATILAH – JIKA ANDA MENGANGKUT NARKOBA YANG DAPAT MEMBUNUH WARGA AMERIKA, KAMI SEDANG MEMBURU ANDA!” tulisnya dengan huruf kapital.
Unggahan tersebut disertai video berdurasi hampir 30 detik yang memperlihatkan sebuah kapal meledak dan terbakar di tengah laut. Video itu diberi tanda “Tidak Diklasifikasikan”, menandakan bahwa rekaman tersebut memang dirilis untuk konsumsi publik.

Baca Juga : PTPN IV Regional V Hidupkan Semangat “One PTPN One Culture” di Kebun Pelaihari
Peningkatan Kekuatan Militer AS di Karibia
Serangan ini dilakukan di tengah peningkatan besar-besaran kekuatan militer AS di kawasan Karibia. Lima pesawat tempur siluman F-35 telah mendarat di Puerto Riko pada Sabtu sebelumnya, setelah pemerintahan Trump memerintahkan total 10 unit pesawat F-35 untuk memperkuat operasi militer di wilayah tersebut.
Selain itu, sedikitnya tujuh kapal perang dan satu kapal selam bertenaga nuklir AS juga dilaporkan berada di sekitar perairan Karibia selatan. Kehadiran armada ini semakin meningkatkan ketegangan, memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik berskala lebih besar.
Reaksi Keras dari Presiden Venezuela
Beberapa jam sebelum pengumuman Trump, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengecam tindakan AS yang menurutnya merupakan bentuk agresi.
“Ini adalah serangan terhadap kedaulatan Venezuela. Komunikasi antara pemerintah kami dan AS hampir sepenuhnya terputus,” ujar Maduro.
Pemerintah Venezuela menolak tuduhan bahwa kapal yang diserang membawa narkotika atau memiliki kaitan dengan kartel Tren de Aragua seperti yang dituduhkan AS. Maduro menegaskan bahwa orang-orang yang tewas dalam serangan bukan anggota kartel narkoba dan menyebut tuduhan AS hanyalah dalih untuk melemahkan pemerintahannya.
Misteri di Balik Serangan Pertama
Serangan ini merupakan yang kedua dalam dua minggu terakhir. Pada 2 September 2025, kapal pertama Venezuela juga diserang dan menewaskan 11 orang. Namun, pemerintah AS memberikan sedikit informasi tentang jenis narkoba yang diangkut atau senjata yang digunakan dalam serangan itu.
Bahkan, beberapa pejabat AS yang berbicara secara anonim kepada Reuters mengungkapkan bahwa kapal pertama sempat berbalik arah ketika dihantam. Fakta ini memunculkan perdebatan di kalangan pakar hukum internasional mengenai legalitas serangan tersebut di perairan internasional.
Venezuela Perkuat Pertahanan
Menanggapi insiden terbaru ini, pemerintah Venezuela mengklaim telah mengerahkan puluhan ribu tentara untuk memperkuat garis pertahanan dan memerangi perdagangan narkoba.
“Kami tidak akan tinggal diam. Venezuela akan melindungi kedaulatan negara dari segala bentuk agresi asing,” tegas Maduro.
Ancaman Konflik Semakin Besar
Eskalasi militer dan retorika keras dari kedua belah pihak memicu kekhawatiran dunia internasional akan kemungkinan terjadinya bentrokan yang lebih luas. Para analis memperingatkan bahwa jika tidak ada jalur diplomasi yang dibuka kembali, ketegangan ini dapat berubah menjadi konflik militer yang serius di kawasan Karibia.